Mengenal Serba-Serbi Infeksi Tetanus

Mengenal Serba-Serbi Infeksi Tetanus

Bagikan :


Tetanus adalah infeksi serius pada sistem saraf yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Orang dapat terinfeksi tetanus melalui spora bakteri yang dapat ditemukan di mana-mana, yaitu tanah, pada permukaan alat berkarat seperti kawat berduri, paku, dan jarum, lalu abu, kotoran hewan dan manusia , permukaan kulit, dan lain sebagainya. 

Penyakit ini sangat umum dan serius dan dapat menyerang siapa saja mulai dari anak-anak, ibu hamil, hingga orang dewasa. Gejalanya bisa cukup parah apabila orang yang terinfeksi belum mendapatkan vaksin tetanus, karena toksin tetanospasmin bisa memengaruhi otot pernafasan.

Gejala tetanus

Umumnya dari waktu terinfeksi hingga munculnya gejala berkisar 10-14 hari dan masa inkubasinya dalam rentang 3-21 hari. Biasanya pasien memiliki riwayat cedera atau luka sebelumnya. Gejala tetanus ada yang terlokalisir di area luka, atau gejala umum di seluruh tubuh, seperti dilansir Mayo Clinic dan WHO di bawah ini:

  • Kram otot yang menyakitkan dan kekakuan otot terutama di rahang
  • Ketegangan otot di area sekitar bibir yang tampak seperti seringai
  • Kekakuan otot mendadak dan menyakitkan
  • Kejang
  • Kesulitan menelan
  • Kekakuan otot perut
  • Sakit kepala
  • Demam dan berkeringat dingin
  • Menangis kencang, tidak mampu menyusui, dan kaku tubuh pada bayi saat berusia 3-28 hari

Biasanya, spasme otot pada pasien tetanus bisa dipicu oleh suara keras, cahaya terang, atau sentuhan fisik. Saat gejala tetanus semakin berat, pasien bisa mengalami spasme otot berulang di seluruh tubuh, perubahan tekanan darah, denyut nadi cepat, dan terjadi gangguan pernafasan. 

Proses infeksi

Spora bakteri Clostridium tetani mampu bertahan hidup bertahun0tahun di luar tubuh. Mereka bertahan di lingkungan sekitar yang terkontaminasi, dan tak terlihat oleh mata. Inilah mengapa terkadang Anda bisa tidak menyadari kapan infeksi terjadi. Ketika spora bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka di permukaan tubuh, mereka akan berkembang biak dengan cepat dan melepaskan toksin tetanospasmin (zat kimia yang bersifat racun). Toksin ini kemudian memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan gejala tetanus.

Sesampainya di otak, racun tetanospasmin akan mengganggu sinyal komunikasi dari otak ke otot, inilah mengapa Anda bisa mengalami kejang otot dan kekakuan.

Spora bakteri Clostridium tetani bisa masuk ke dalam tubuh ketika Anda mengalami luka sayatan atau tusukan. Oleh sebab itu, sangat penting untuk merawat luka sayatan atau tusukan sekecil apapun lukanya untuk mencegah infeksi.

Faktor risiko tetanus

Risiko terinfeksi tetanus sangatlah besar ketika Anda tidak mendapatkan vaksinasi tetanus secara lengkap. Berikut adalah beberapa jenis luka yang dapat meningkatkan risiko tetanus seperti dilansir Mayo Clinic dan Everyday Health:

  • Luka sayatan atau goresan yang terkena tanah atau pupuk kandang
  • Luka akibat benda seperti paku atau serpihan logam berkarat
  • Riwayat medis yang menekan kekebalan tubuh
  • Lesi kulit yang terinfeksi pada penderita diabetes
  • Tali pusar bayi yang terinfeksi saat ibu tidak mendapatkan dosis vaksin tetanus yang lengkap
  • Penggunaan jarum bersama yang tidak bersih dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang
  • Luka tusukan dari tindik atau tato, bekas tembakan, luka terbakar, atau luka operasi yang terinfeksi
  • Gigitan serangga atau binatang
  • Bisul atau gigi berlubang yang terinfeksi

Pencegahan tetanus

DTP, DTap, Td, dan Tdap adalah beragam jenis vaksin tetanus. Imunisasi dasar menggunakan vaksin DTP atau DTap yang diberikan pada bayi berusia:

  • Dosis 1 usia 2 bulan
  • Dosis 2 usia 3 bulan
  • Dosis 3 usia 4 bulan

Imunisasi ulangan diberikan sebagai booster pada usia 18 bulan, lalu usia 5-7 tahun, dan usia 10-18 tahun. Pada wanita, imunisasi tetanus perlu diberikan 1 kali sebelum menikah, dan bisa diberikan 2-3 kali ketika hamil tergantung riwayat imunisasi Ibu sebelumnya. Tujuan pemberian vaksin tetanus adalah untuk mencegah tetanus neonatorum.

Apabila imunisasi diberikan terlambat pada anak, maka tidak perlu mengulang dosis dari awal, namun melanjutkan imunisasi sesuai jadwal usia. Misalnya, anak yang berusia 12 bulan belum pernah mendapatkan vaksin DTP, maka lakukan catch-up imunisasi sesuai jumlah dan interval imunisasi dasar. Vaksin booster dosis keempat dapat diberikan sebelum anak berusia 4 tahun, dan booster kelima dapat diberikan paling cepat enam bulan setelah dosis keempat. Apabila booster vaksin keempat diberikan setelah anak berusia 4 tahun, maka imunisasi ulangan ke-5 tidak diperlukan lagi. 

Dapatkan informasi vaksinasi dasar di posyandu, puskesmas atau rumah sakit terdekat, dan apabila Anda masih merasa bingung dengan jadwal imunisasi Anda bisa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 01:57